Ia juga menyoroti tantangan adat Aceh di era digital, termasuk peran MAA dalam mengatasi masalah sosial seperti human trafficking, rendahnya etos kerja, dan melemahnya fungsi meunasah di Gampong.

“MAA harus menjadi solusi. Kita perlu menghidupkan kembali Meunasah sebagai pusat kegiatan masyarakat seperti masa lalu,” ujarnya.

Menurutnya, adat Aceh bersifat dinamis dan harus terus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan nilai-nilai dasar.

Selain itu, Syaiba juga berpesan agar MAA Abdya lebih aktif membuat kegiatan adat minimal dua kali setahun agar peran lembaga ini semakin terasa di masyarakat.

Pada kesempatan yang sama Ketua MAA Abdya, Teuku Cut Amri, dalam laporannya menyampaikan bahwa meski menghadapi keterbatasan anggaran, pihaknya tetap berupaya aktif melakukan sosialisasi adat ke mukim-mukim di seluruh Abdya.

“Kami berharap Bupati dapat memperhatikan pembinaan adat di Abdya,” ujarnya. (*)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp