Warisan kemerdekaan harus dirawat dengan menjadikan negeri ini makmur. Walidi mengutip ayat “walau anna ahlal qura amanu wattaqau,” yang artinya Allah akan memberikan kemakmuran jika hambanya bertakwa kepada-Nya. Ia juga mengingatkan tentang peringatan Allah melalui pandemi COVID-19.

“Hari ini kehidupan ekonomi begitu sulit, kita tidak sadar akan peringatan Allah,” tuturnya.

Menurut Walidi, mencintai negeri ini adalah bagian dari iman. Ia menekankan bahwa seluruh makhluk Allah di langit dan bumi, termasuk di Lhoksukon dan Aceh Utara, adalah tempat kita mencari rezeki dan melakukan aktivitas.

“Namun kita terkadang sering menghujat negeri sendiri,” ujarnya. Walidi mengajak untuk merenungkan ketaatan alam semesta terhadap perintah Allah. “Bayangkan jika matahari tidak mau terbit, atau planet lainnya tidak patuh, maka akan hancur,” katanya.

Walidi mengajak umat untuk selalu mendoakan para syuhada, termasuk para pahlawan lokal seperti Cut Mutia. Ia mengusulkan agar pada tanggal 18 Agustus diadakan kegiatan doa bersama untuk para pahlawan, guru, dan orang tua.

“Jangan hanya panjat pinang, walaupun ada sisi positif sebagai bentuk mengingat kebodohan yang pernah terhadap kita oleh Belanda,” tegasnya.

Dengan pesan-pesan tersebut, Walidi mengajak umat untuk mengisi kemerdekaan dengan cara yang penuh makna dan sesuai dengan tuntunan agama, sehingga kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata tidak sia-sia. (*)