Tak hanya mengelola wisata kolam, BUMG Kota Bahagia juga memiliki usaha perkebunan sawit seluas 20 rantai atau sekitar 1,4 hektare. Hasil panen sawit yang dilakukan setiap 15 hari sekali menghasilkan 1,2 ton dengan pendapatan bersih Rp 1,5 juta setelah dipotong biaya operasional.
Di sektor pertanian, BUMG mengelola sawah produktif seluas 2 hektare yang disewakan kepada warga, terutama masyarakat kurang mampu. Dari hasil sewa ini, BUMG mampu memperoleh omzet hingga Rp 7 juta per musim panen.
Selain itu, BUMG juga mengelola usaha distribusi gas elpiji 3 kg dengan sistem swakelola bersama warga, menghasilkan setoran keuntungan sebesar Rp 1,5 juta per bulan. Ada pula usaha penyewaan teratak dan kursi dengan omzet Rp 2 juta per bulan. Untuk warga yang mengalami musibah kematian, teratak disediakan secara gratis.
“Jika dihitung, total penghasilan dari lima unit usaha yang dikelola BUMG Kota Bahagia mencapai Rp 60 juta hingga Rp 80 juta per tahun,” ungkapnya.
Menanggapi keluhan pengunjung terkait fasilitas kolam, Syarifuddin menyatakan bahwa pihaknya berencana menambah kolam dengan membebaskan tanah milik warga. Selain itu, upaya perluasan area parkir juga akan dilakukan untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung.
“Jika ada rezeki, kami akan menambah area parkir dan memperluas tempat peristirahatan bagi orang tua dan keluarga, sehingga mereka lebih nyaman saat menunggu anak-anak bermain,” pungkasnya. (*)
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp
1 Komentar
Cukop berehh that BUMG desa nyoe, mantapp.. Semoga bisa jadi contoh untuk desa” lainnya..
Komentar ditutup.