Sekalipun keabsahan dan keilmuan Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah ada sejak 14 abad yang lalu, namun aspek keilmuannya tetap sempurna untuk menjadi sumber keilmuan dan hukum, dimana keduanya memang sudah Allah “set to be the mentor until the day after”.

Pada perkembangannya, Hadits mengalami beberapa kali periode perkembangan, mulai dari kelahirannya sebagaimana pengertiannya yakni berasal dari Rasulullah, sampai kepada era modernisasi seperti saat ini. Periode perkembangan Hadits tersebut dapat di klasifikasikan kepada 5 periode sebagai berikut.

1. Periode Perkembangan Hadits di Masa Rasulullah SAW

Masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ini disebut sebagai ‘Ashr Al-Wahyu wat Ta’win, yakni masa turunnya wahyu dan pembentukan masyarakat.

Keadaan transisi dari zaman Jahiliyyah menuju zaman Islamiyah ini sangat menuntut kehati-hatian dari Nabi dalam membimbing umat, dan kejelian sahabat dalam memahami wahyu dan hadits, dikarenakan sahabatlah yang menjadi pewaris pertama ajaran Islam bila Nabi telah tiada.

Pada masa ini, kebanyakan sahabat mengahafal Hadits diluar kepala. Dalam segi karakteristik penulisan, Nabi awalnya melarang penulisan Hadits.

Hal ini semata-mata kekhawatiran Nabi akan tercampurnya Al-Qur’an dengan Hadits, yang mana saat itu para sahabat masih sangat fokus menulis Al-Qur’an yang memang sedang turun berangsur-angsur. Namun, pada masa ini, ada beberapa sahabat yang tetap menulis Hadits dengan catatan pribadi dalam shahifah (lembaran-lembaran), hingga Nabi mengizinkan penulisan Hadits.